BLOG DALAM MASA PERBAIKAN!!

Kamis, 28 November 2013

KLASIFIKASI MAD’U DAN PENDAPAT SERTA SIKAP DA’I TERHADAPNYA

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Klasifikasi Mad’u
Setiap manusia yang menjadi objek dakwah adalah mad’u, yaitu pihak yang diseru kejalan Allah SWT .  Klasifikasi mad’u merupakan sebuah proses pengidentifikasian kelompok manusia dalam menerima kebenaran dakwah. Secara mendasar, klasifikasi mad’u ini tidak ada hubungannya dengan memetak-metak atau mengkastakan golongan manusia dengan manusia lainnya. Lebih dari itu pengklasifikasian mad’u memiliki maksud tersendiri yakni untuk memperoleh pengetahuan tentang karakter-karakter yang khas dimiliki oleh kelompok mad’u tertentu yang tidak terdapat pada lainnya.Karena di Indonesia masyarakatny bersifat heterogen.
Objek yang diseru oleh dakwah adalah objek yang dinamis yang menuntut perlakuan yang dinamis pula. Pengklasifikasian mad’u ini juga sangat berguna untuk menentukan pilihan metode dakwah yang tepat sasaran (efektif dan efesien).

B.     Pendapat dan Sikap Da’i Terhadap Mad’u
Setiap da’i harus mengetahui bahwa dalam mengajak pada kebaikan tidak selamanya akan berhasil dan dapat diterima oleh setiap orang. Seorang da’i dalam proses dakwahnya akan berhadapan dengan mad’u yang memiliki keunikan, karakter, dan kepribadiannya masing-masing yang dipengaruhi oleh faktor psikologis ataupun sosiokultural. Karena itulah krtika dakwah disampaikan, maka reaksi mad’u terhadap pesan dakwah pun berbeda beda, ada yang menerima dengan senang hati dan mengamalkannya, ada juga yang menerima namun tidak mengamalkannya dan ada yang mengingkari dakwah secara keseluruhan.
Berikut adalah klasidikasi mad’u berdasarkan sikap mereka terhadap ajakan da’i, yaitu mukmin, kafir dan munafik. Klasifikasi ini didasarkan atas penerimaan atau penolakaan mad’u terhadap ajakan da’i.

 1.      Mukmin (orang-orang yang beriman)
Orang mukmin adalah  orang yang percaya akan eksistensi Allah, karena Iman secara bahasa adalah percaya. Iman kepada Allah bukan hanya sekedar diungkapkan di bibir, namun harus direalisasikan dalam bentuk perbuatan. Menurut Utsman Najati, dalam Al Quran Allah banyak menguraikan tingkah laku orang-orang mukmin, diantaranya:
  • ·         “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.” An Nisa 136

  • ·        “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”Al Baqarah 277

  • ·         š“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” Al Imraan 114

  •  ·  "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Al Imraan 134

  •  “ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Al Imraan 191

Dalam membimbing mad’u yang memiliki keimanan yang sudah kuat, seperti kepribadian ideal yang dikhendaki Al Quran di atas (golongan yang bersegera melaksanakan kebajikan), maka sikap seorang da’i yang paling tepat adalah terus mengajak mereka untuk terus menambah amal ibadah yang bersifat individu maupun sosial dan memberikan motivasi agar mad’u tetap istiqomah dalam keimanan dan menjalankan ajaran ajaran agama.

2.      Kafir
Kata kafir berasal dari akar kata kafara, yang berarti menutupi.
Prilaku kufur tidak selamanya datang dari orang orang ateis, musyrik atau nonmuslim lainnya, orang orang yang mengaku muslim pun bisa saja terjerumus kedalam perilaku kufur dalam pengertiannya yang tertentu. Pengertian kufur seperti yang disebutkan dalam Al Quran salah satu contohnya adalah,

  • "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".Ibrahim 7

Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang mengingkari nikmat nikmat Allah atau tidak berterimakasih atas segala yang dianugerahkan kepadanya disebut kufur nikmat. Kufur dalam bentuk seperti ini bisa saja terjadi terhadap orang orang yang beriman, karena pada hakikatnya manusia bukan seperti para nabi yang makhsum.
Orang kafir (dalam pengertian ini) diberi atribut dengan berbagai sifat utama yang menjadi corak mereka yang merupakan ungkapan dari penyakit hati, seperti yang ada di dalam surat Al Baqarah ayat 10
  • “Dalam hati mereka ada penyakit (hati), lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”

Diantara sifat sifat tersebut adalah:
1.      Tidak beriman kepada akidah tauhid, para rasul, hari kemudian, hari kebangkitan.
2.      Menyembah selain Allah SWT.
3.      Memusuhi orang beriman, zalim, suka mengajak pada kemunkaran.
4.      Memutuskan tali silaturahmi.
5.      Ingkar janji, sombong, mengikuti hawa nafsu.
6.      Benci dan dengki pada orang orang yang beriman
7.      Hati yang tertutup, taklid buta terhadap kepercayaan yang dibawa nenek moyang.

Dalam menghadapi golongan ini, seorang da’i dituntut memiliki sikap sabar dan tidak putus asa untuk menyeru mereka. Metode yang dapat dipakai oleh para da’i adalah dengan mengadakan dialog antar-umat beragama, mencari persamaan atau titik temu dalam ajaran ajaran yang bersidat universal, sehingga mereka dapat memandang islam sebagai agama yang membawa berkah bagi seluruh makhluk (rahmatan li al-Alamin).

3.      Munafik
Nifaq adalah salah satu penyakit rohani dan orang yang memiliki sifat tersebut disebut munafik. Dengan demikian, munafik ialah orang yang berpuran pura (lain di mulut lain di hati). Sifat sifat yang menjadi ciri khas mereka dikemukakan dalam Al Quran sebagai berikut:
  • ·         “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” QS al munafiqun ayat 1

  • ·         “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” QS An nissa

Berbagai sifat orang orang munafik yang dikemukakan Al Quran memberikan gambaran yang jelas tentang kepribadian seorang munafik. Dan cara cara menghadapi  orang munafik adalah dengan tidak menjadikan orang munafik sebagai pelindung, penolong dan pemimpin.
Klasifikasi manusia dalam berbagai pola kepribadian tersebut merupakan upaya untuk menjelaskan tentang manusia dan menginterpretasikan tingkah laku mereka. Apabila dikatakan bahwa seseorang termasuk dalam suatu pola tertentu, maka dengan mudah pribadi orang tersebut dapat diuraikan dan tingkah lakunya dapat di interpretasikan. Keseluruhan reaksi mad’u dalam menerima seruan dakwah diatas harus dihadapi dengan sabar dan tawakal oleh para da’i. Sikap para da’i hanya berkewajiban menyampaikan apa yang telah ditetapkan Allah sedangkan reaksi mad’u bukanlah merupakan tanggung jawab da’i. Mereka mau menerima atau tidak merupakan tanggung jawab mereka sendiri dihadapan Allah SWT.



C.    Situasi dan kondisi mad’u

1.      Jenis kelamin
Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis kelamin yang berupa golongan laki-laki, perempuan dan sebagainya.

2.      Tingkat usia
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari tingkat usia yang berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

 3.      Pendidikan
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan yang berupa golongan SD (sekolah dasar), SMP (sekolah menengah pertama), SMA (sekolah menengah atas) dan sebagainya.

4.      Perekonomian
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari tingkatan perekonomian yang berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.

5.      Pekerjaan
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari pekerjaan yang berupa golongan pedagang, petani, seniman, buruh dan sebagainya.

6.      Letak geografis
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari letak geografis yang berupa golongan masyarakat pedesaan, kota besar dan kota kecil serta masyarakat daerah marginal dari kota besar.

7.      Tingkat pemahaman dan pelaksanaan terhadap ajaran Islam
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari tingkatan pemahaman dan pelaksanaan terhadap ajaran Islam yang berupa golongan periyai, abangan dan santri. Klasifikassi ini terutama terletak dalam masyarakat jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar