BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa
ini perkembangan teknologi sudah sangat maju pesat, kebutuhan masyarakat akan
siraman rohani pun perlu dikembangkan secara continue karena sudah kita sadari bahwa masyarakat Indonesia
sekarang ini sedang krisis akidah dan moral, bisa dilihat dengan tingginya
angka kriminal, asusila dan lainnya. Disinilah kesempatan bagi para da’i atau
mubaligh untuk memperlihatkan kreatifitasnya, bahwa dakwah bukan hanya diatas
mimbar saja tapi sudah bisa menggunakan teknologi, termasuk dakwah dengan
media, baik itu media massa ataupun media elektronik lainnya.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
kondisi media dakwah saat ini?
2.
Bagaimana media dakwah yang akan datang?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Media Dakwah Saat ini
Inti dari fungsi media sebagai penyampaian pesan informasi
adalah berita (news). Media massa telah merasuk ke dalam kehiduan modern dan
juga media massa sangat berpengaruh, bisa direnungkan:
·
Melalui media kita mengetahui hampir segala
sesuatu yang kita tahu tentang dunia luar.
·
Warga yang berpengetahuan dan aktif sangat mungkin
terwujud di dalam demokrasi modern hanya jika media berjalan dengan baik.
·
Orang membutuhkan media untuk mengekspresikan
ide ide mereka kepada khalayak luas.
·
Negara negara kuat menggunakan media untuk
menyebarkan ideologinya dan untuk tujuan komersial.
Saat ini dengan berbagai macam media yang sudah ada, itu
sudah menggambarkan bahwa perkembangan atau kondisi media khususnya media
dakwah di indonesia saat ini sudah berkembang dengan pesat, jika dibandingkan
dengan kondisi media pada saat sebelum era reformasi. Kebebasan yang muncul
dalam menyalurkan informasi telah menjadi angin segar bagi masyarakat. Terlebih
lagi setelah selama belasan tahun media Indonesia dikontrol oleh pemerintah
yang otoriter pasca zaman orde baru.
Sekarang sudah bisa banyak ditemukan dan didapat media-media cetak
dakwah seperti majalah al kisah, hidayah, sabili dan lain lainnya, dan sedangkan
di media elektronik sudah banyak juga dan mudah untuk menemukan artikel-artikel
islam atau dakwah di internet serta di televisipun sudah banyak acara atau
tayangan yang mengandung unsur unsur islam seperti acara Islam Itu Indah, Damai
Bersama Al Quran dan lainnya.
Dengan perkembangan teknologi sekarang ini seharusnya bisa
menjadi ladang untuk para da’i, dan ummat islam lainnya untuk berdakwah dan membangun
negara ini menjadi lebih islami bukan hanya sekedar islam, dengan cara
memanfaatkan teknologi informasi dengan baik dan benar untuk berdakwah.
Namun sadarkah kita bahwa saat ini di media media islami yang
sudah ada sekarang ini kalah di banding dengan media media umum lainnya secara
rating, sebagai contoh di media elektronik seperti televisi dan radio acara
acara hiburan semakin mendominasi daripada acara acara islam. Di media cetak
berita berita tentang para artis, fashion, olahraga juga lebih banyak paling
diminati oleh para masyarakat dari berbagai kalangan. Hal ini dapat dibuktikan
dengan tingginya rating acara televisi yang menumpas isu-isu negatif seperti
isu kriminalitas. Pada tahun 2004, Media Indonesia mengungkap bagaimana segmen
berita criminal sensasional semakin berkembang akibat tingginya rating yang
didapatkan. Media yang meliput berita positif seperti acara acara yang islami
dan kisah sukses anak bangsa ada, namun jam tayangnya terbatas dan memang tidak
sebanyak acara acara yang lainnya.
Tantangan
dakwah dengan kemudahan-kemudahan teknologi tersebut tidak hanya berdampak
positif dalam membantu mempermudah aktivitas dakwah, tetapi juga berdampak
negatif. Globalisasi yang ada telah memberi ruang baru bagi tindak kejahatan,
seperti pencurian, perjudian, pelacuran, minum-minuman keras, hingga penggunaan
obat-obatan terlarang. Ketika sebagian orang terkena “virus” konsumerisme dan
hedonisme, sikap hidup berikutnya adalah permifisme.
Orang cenderung bersikap serba boleh selama menurut pandangannya tidak
merugikan pihak lain. Perilaku dan tindakan manusia tidak lagi mengacu kepada
norma baik dan buruk, layak atau tidak, sopan atau norak, menurut norma moral
dan etika Islam, tetapi yang menjadi ukuran adalah happy atau tidak.
Karena perlu diketahui bahwa media saat ini cenderung
dimanfaatkan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Selama ini ledakan
informasi dan kemajuan teknologi bebas keluar masuk tanpa adanya filter. Perusahaan media cetak ataupun
elektronik yang di miliki oleh sebagian besar orang non muslim lebih mencari
pada hasil komersialnya.
B.
Masa Depan Media Dakwah
Media dapat digunakan untuk membangun bangsa, atau
sebaliknya. Generasi mudalah yang seharusnya menentukan bagaimana arahnya nanti. Selama ini ledakan informasi dan kemajuan teknologi bebas
keluar masuk tanpa adanya filter.
Jika di lihat, dunia muslim tidak kekurangan menyangkut
materi atau sumber daya alam. Lantas apa yang salah dengan orang-orang Islam
yang tertinggal ini? jawabnya adalah rendahnya komitmen atau prinsip idealisme
ke Islaman masyarakat dalam mengaktualisasikan Islam dalam kehidupan mereka.
Sementara dunia mulai melangkah pada persatuan dan kerja sama, umat Islam masih
terus menerus menderita penyakit lama seperti kesukuan dan nasionalisme. Selain itu banyak
media dakwah Indonesia kurang perencanaan yang matang serta SDM yang kurang
berkualitas, sehingga harus gulung tikar karena kekurangan dana dan sebagainya.
Syekh Amir Syakib Arsalan menulis satu buku
yang mengungkap hal ini dengan judul ”Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat
Selainnya Maju?”
Sebab Pertama, karena
ummat Islam sudah jarang untuk tidak mempraktikkan ajaran Islam yang termuat
dalam Al Qur’an dan Hadits. Nabi SAW bersabda: “Aku tinggalkan bagimu dua perkara, jika kamu berpegang teguh kepada
keduanya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah
Rasul(hadits)”. Contoh, Nabi berkata bahwa menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap Muslim lelaki dan perempuan. Namun kenyataannya banyak
ummat Islam yang malas menuntut ilmu. Bahkan ada yang beranggapan wanita tidak
perlu sekolah tinggi-tinggi. Akibatnya ummat Islam jadi kalah dengan ummat non
Islam.
Sebab Kedua, adalah
ummat Islam tidak bersatu, tapi terpecah-belah. Padahal ummat Islam
diperintahkan untuk bersatu. QS. Ali Imran ayat 103. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
...”
Zaman sekarangpun sperti itu, ummat islam sudah
banyak terpecah belah lebih menggolongkan kelompoknya (fanatisme) daripada
bersatu untuk agama Islam.
Sebab Ketiga, ummat
Islam terlalu cinta dunia dan takut mati. Banyak sekarang orang yang cinta pada
dunia, bisa dilihat bahwa Indonesia merupakan negara konsumerisme, lebih
memilih memeriahkan malam tahun baru Masehi daripada Hijriah dan lain lain.
Akan tetapi kebanyakan juga manusia yang takut akan datangnya kematian.
Sebab Keempat,
hilangnya semangat Jihad. Jihad adalah satu kesungguhan untuk berjuang di jalan
Allah. Ada hadits dhoif yang berusaha memperkecil makna Jihad sebagai hanya
perang melawan hawa nafsu dan bukan berperang.”.... Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan
jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka
Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) ...” [An Nisaa’:95]
Akan tetapi sekarang ummat Islam justru banyak
yang korupsi, maksiat, malas malasan dalam menuntut ilmu, padahal jika dilihat
sejarah bahwa bagaimana dulu pahlawan bangsa ini menghantarkan nyawa mereka di
medan perang demi kemerdekaan bangsa ini.
Sebab Kelima, karena
tidak mandiri di bidang ekonomi. Saat ini secara ekonomi ummat Islam dikuasai
oleh orang-orang kafir. Ummat Islam bukan sebagai produsen atau penghasil. Tapi
hanya sebagai pembeli/pemakai.
Sebab Keenam, ummat
Islam tidak bisa menentukan prioritas (Tertib/urutan kepentingan) bersama yang
harus dikerjakan. Banyak ummat Islam mengerjakan hal-hal yang tidak penting dan
tidak perlu ketimbang hal yang sangat penting dan mendesak
Sebab Ketujuh, ummat
Islam gagal menemukan hal yang bermanfaat. Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia
meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan,
diriwayatkan Tirmidzi) ”Gemarlah kepada
hal-hal yang berguna bagimu” (Muslim)
Negara Barat maju karena SDM berkualitas dan banyak
menemukan serta membuat hal yang berguna baik untuk orang lain maupun diri
mereka sendiri. Seperti membuat motor, handphone, dan lainnya, berbeda dengan
negara Indonesia.
Sebab kedelapan, ummat
Islam tidak menguasai media massa. Akibatnya ketika Islam dicitrakan sebagai
teroris dan hukum Islam dilecehkan, ummat Islam tidak bisa berbuat apa-apa.
Bahkan tidak jarang ummat Islam diadu-domba dengan berbagai pemberitaan di
media massa. Memang ummat Islam punya media cetak dan radio meski pembacanya
tidak sebanyak media yang dimiliki oleh kelompok non Muslim dan sekuler. Di
dunia boleh dikata media massa dikuasai oleh Non Muslim. Padahal media massa
sangat penting untuk menyampaikan berita. Mukjizat terbesar Nabi Muhammad
adalah Al Qur’an yang merupakan ”Bacaan” atau informasi. Salah satu tugas utama
Nabi adalah menyampaikan berita: ”Dan
sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi
mereka karunia yang besar dari Allah.” (Al Ahzab:47)
Melihat fakta diatas tentu kita sadar bahwa apa
yang disajikan media memberikan pengaruh terhadap individu-individu yang
menjadi konsumennya baik secara sadar maupun tidak. Kurangnya kesadaran ummat
bahwasanya media bisa memiliki kekuatan untuk menggerakkan individu bahkan
masyarakat. Contoh adalah fenomena Arab Spring yang mampu menggulingkan rezim
militer diberbagai negara di Timur Tengah. Kekuatan media semakin kuat dan
besar jika bisa di maksimalkan.
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar problematika
dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu segera dicarikan jalan
keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu. Dalam konsep pemikiran yang
praktis, Prof. Dr. H. M. Amien Rais,MA. dalam bukunya Moralitas Politik
Muhammadiyah, menawarkan lima ‘Pekerjaan Rumah’ yang perlu diselesaikan,
agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan
produktif.
Pertama, perlu ada
pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian
kerja yang rapi. Diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi
informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam
yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah.
Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan,
agar jelas apa yang akan dilakukan.
Ketiga, proses dakwah tidak
boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah
bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik),
bil-iqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya.
Keempat, media massa cetak dan
terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang
dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam.
Kelima,
merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak
dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita
selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non
islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak
dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah).
Selain itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,
Kemenag RI, Prof Djamil
menambahkan bahwa dakwah merupakan satu medan perjuangan yang menarik karena
dakwah telah mengalami pergesean, dakwah tidak lagi dilaksanakan secara kolosal
(seperti dilapangan) tetapi dakwah juga harus dilakukan melalui media
elektronik, seperti website, jaringan sosial dll. Oleh sebab itu semuanya harus
dimenejemen kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan ditangani oleh
tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, kompeten, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Dakwah
Islam masa depan adalah dakwah yang mampu beradaptasi, bertoleransi, dan
harmonisasi dengan lingkungannya. Sehingga dakwah Islam dapat menjadi
pencerahan pemikiran, solusi atas problem kehidupan, dan membawa kesejahteraan
dan kenyamanan hidup. Inilah Islam yang damai, agama dunia dan
rahmatanlil’alamin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
kondisi
media khususnya media dakwah di indonesia saat ini sudah berkembang dengan
pesat, jika dibandingkan dengan kondisi media pada saat sebelum era reformasi.
Kebebasan yang muncul dalam menyalurkan informasi telah menjadi angin segar
bagi masyarakat.
Tantangan
Dakwah dengan kemudahan-kemudahan teknologi tersebut tidak hanya berdampak
positif dalam membantu mempermudah aktivitas dakwah, tetapi juga berdampak
negatif. Globalisasi memberi ruang baru bagi tindak kejahatan, seperti
pencurian, perjudian, pelacuran, minum-minuman keras, hingga penggunaan
obat-obatan terlarang.
Dakwah
Islam masa depan adalah dakwah yang mampu beradaptasi, bertoleransi, dan
harmonisasi dengan lingkungannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Vivian, John. 2008. Teori komunikasi massa. (Jakarta: Kencana). Prenada Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar