BLOG DALAM MASA PERBAIKAN!!

Senin, 25 November 2013

MASA DEPAN MEDIA DAKWAH



BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi sudah sangat maju pesat, kebutuhan masyarakat akan siraman rohani pun perlu dikembangkan secara continue karena sudah kita sadari bahwa masyarakat Indonesia sekarang ini sedang krisis akidah dan moral, bisa dilihat dengan tingginya angka kriminal, asusila dan lainnya. Disinilah kesempatan bagi para da’i atau mubaligh untuk memperlihatkan kreatifitasnya, bahwa dakwah bukan hanya diatas mimbar saja tapi sudah bisa menggunakan teknologi, termasuk dakwah dengan media, baik itu media massa ataupun media elektronik lainnya.

Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kondisi media dakwah saat ini?
2.      Bagaimana media dakwah yang akan datang?

 



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kondisi Media Dakwah Saat ini
Inti dari fungsi media sebagai penyampaian pesan informasi adalah berita (news). Media massa telah merasuk ke dalam kehiduan modern dan juga media massa sangat berpengaruh, bisa direnungkan:
·         Melalui media kita mengetahui hampir segala sesuatu yang kita tahu tentang dunia luar.
·         Warga yang berpengetahuan dan aktif sangat mungkin terwujud di dalam demokrasi modern hanya jika media berjalan dengan baik.
·         Orang membutuhkan media untuk mengekspresikan ide ide mereka kepada khalayak luas.
·         Negara negara kuat menggunakan media untuk menyebarkan ideologinya dan untuk tujuan komersial.

Saat ini dengan berbagai macam media yang sudah ada, itu sudah menggambarkan bahwa perkembangan atau kondisi media khususnya media dakwah di indonesia saat ini sudah berkembang dengan pesat, jika dibandingkan dengan kondisi media pada saat sebelum era reformasi. Kebebasan yang muncul dalam menyalurkan informasi telah menjadi angin segar bagi masyarakat. Terlebih lagi setelah selama belasan tahun media Indonesia dikontrol oleh pemerintah yang otoriter pasca zaman orde baru.
Sekarang sudah bisa banyak ditemukan dan didapat media-media cetak dakwah seperti majalah al kisah, hidayah, sabili dan lain lainnya, dan sedangkan di media elektronik sudah banyak juga dan mudah untuk menemukan artikel-artikel islam atau dakwah di internet serta di televisipun sudah banyak acara atau tayangan yang mengandung unsur unsur islam seperti acara Islam Itu Indah, Damai Bersama Al Quran dan lainnya.
Dengan perkembangan teknologi sekarang ini seharusnya bisa menjadi ladang untuk para da’i, dan ummat islam lainnya untuk berdakwah dan membangun negara ini menjadi lebih islami bukan hanya sekedar islam, dengan cara memanfaatkan teknologi informasi dengan baik dan benar untuk berdakwah.
Namun sadarkah kita bahwa saat ini di media media islami yang sudah ada sekarang ini kalah di banding dengan media media umum lainnya secara rating, sebagai contoh di media elektronik seperti televisi dan radio acara acara hiburan semakin mendominasi daripada acara acara islam. Di media cetak berita berita tentang para artis, fashion, olahraga juga lebih banyak paling diminati oleh para masyarakat dari berbagai kalangan. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya rating acara televisi yang menumpas isu-isu negatif seperti isu kriminalitas. Pada tahun 2004, Media Indonesia mengungkap bagaimana segmen berita criminal sensasional semakin berkembang akibat tingginya rating yang didapatkan. Media yang meliput berita positif seperti acara acara yang islami dan kisah sukses anak bangsa ada, namun jam tayangnya terbatas dan memang tidak sebanyak acara acara yang lainnya.
Tantangan dakwah dengan kemudahan-kemudahan teknologi tersebut tidak hanya berdampak positif dalam membantu mempermudah aktivitas dakwah, tetapi juga berdampak negatif. Globalisasi yang ada telah memberi ruang baru bagi tindak kejahatan, seperti pencurian, perjudian, pelacuran, minum-minuman keras, hingga penggunaan obat-obatan terlarang. Ketika sebagian orang terkena “virus” konsumerisme dan hedonisme, sikap hidup berikutnya adalah permifisme. Orang cenderung bersikap serba boleh selama menurut pandangannya tidak merugikan pihak lain. Perilaku dan tindakan manusia tidak lagi mengacu kepada norma baik dan buruk, layak atau tidak, sopan atau norak, menurut norma moral dan etika Islam, tetapi yang menjadi ukuran adalah happy atau tidak.
Karena perlu diketahui bahwa media saat ini cenderung dimanfaatkan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Selama ini ledakan informasi dan kemajuan teknologi bebas keluar masuk tanpa adanya filter. Perusahaan media cetak ataupun elektronik yang di miliki oleh sebagian besar orang non muslim lebih mencari pada hasil komersialnya. 

B.     Masa Depan Media Dakwah
Media dapat digunakan untuk membangun bangsa, atau sebaliknya. Generasi mudalah yang seharusnya menentukan bagaimana arahnya nanti. Selama ini ledakan informasi dan kemajuan teknologi bebas keluar masuk tanpa adanya filter.
Jika di lihat, dunia muslim tidak kekurangan menyangkut materi atau sumber daya alam. Lantas apa yang salah dengan orang-orang Islam yang tertinggal ini? jawabnya adalah rendahnya komitmen atau prinsip idealisme ke Islaman masyarakat dalam mengaktualisasikan Islam dalam kehidupan mereka. Sementara dunia mulai melangkah pada persatuan dan kerja sama, umat Islam masih terus menerus menderita penyakit lama seperti  kesukuan dan nasionalisme. Selain itu banyak media dakwah Indonesia kurang perencanaan yang matang serta SDM yang kurang berkualitas, sehingga harus gulung tikar karena kekurangan dana dan sebagainya.
Syekh Amir Syakib Arsalan menulis satu buku yang mengungkap hal ini dengan judul ”Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selainnya Maju?”
Sebab Pertama, karena ummat Islam sudah jarang untuk tidak mempraktikkan ajaran Islam yang termuat dalam Al Qur’an dan Hadits. Nabi SAW bersabda: “Aku tinggalkan bagimu dua perkara, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul(hadits)”. Contoh, Nabi berkata bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim lelaki dan perempuan. Namun kenyataannya banyak ummat Islam yang malas menuntut ilmu. Bahkan ada yang beranggapan wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Akibatnya ummat Islam jadi kalah dengan ummat non Islam.
Sebab Kedua, adalah ummat Islam tidak bersatu, tapi terpecah-belah. Padahal ummat Islam diperintahkan untuk bersatu. QS. Ali Imran ayat 103. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, ...”
Zaman sekarangpun sperti itu, ummat islam sudah banyak terpecah belah lebih menggolongkan kelompoknya (fanatisme) daripada bersatu untuk agama Islam. 
Sebab Ketiga, ummat Islam terlalu cinta dunia dan takut mati. Banyak sekarang orang yang cinta pada dunia, bisa dilihat bahwa Indonesia merupakan negara konsumerisme, lebih memilih memeriahkan malam tahun baru Masehi daripada Hijriah dan lain lain. Akan tetapi kebanyakan juga manusia yang takut akan datangnya kematian.
Sebab Keempat, hilangnya semangat Jihad. Jihad adalah satu kesungguhan untuk berjuang di jalan Allah. Ada hadits dhoif yang berusaha memperkecil makna Jihad sebagai hanya perang melawan hawa nafsu dan bukan berperang.”.... Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) ...” [An Nisaa’:95]
Akan tetapi sekarang ummat Islam justru banyak yang korupsi, maksiat, malas malasan dalam menuntut ilmu, padahal jika dilihat sejarah bahwa bagaimana dulu pahlawan bangsa ini menghantarkan nyawa mereka di medan perang demi kemerdekaan bangsa ini.
Sebab Kelima, karena tidak mandiri di bidang ekonomi. Saat ini secara ekonomi ummat Islam dikuasai oleh orang-orang kafir. Ummat Islam bukan sebagai produsen atau penghasil. Tapi hanya sebagai pembeli/pemakai.
Sebab Keenam, ummat Islam tidak bisa menentukan prioritas (Tertib/urutan kepentingan) bersama yang harus dikerjakan. Banyak ummat Islam mengerjakan hal-hal yang tidak penting dan tidak perlu ketimbang hal yang sangat penting dan mendesak
Sebab Ketujuh, ummat Islam gagal menemukan hal yang bermanfaat. Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi) ”Gemarlah kepada hal-hal yang berguna bagimu” (Muslim)
Negara Barat maju karena SDM berkualitas dan banyak menemukan serta membuat hal yang berguna baik untuk orang lain maupun diri mereka sendiri. Seperti membuat motor, handphone, dan lainnya, berbeda dengan negara Indonesia.
Sebab kedelapan, ummat Islam tidak menguasai media massa. Akibatnya ketika Islam dicitrakan sebagai teroris dan hukum Islam dilecehkan, ummat Islam tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan tidak jarang ummat Islam diadu-domba dengan berbagai pemberitaan di media massa. Memang ummat Islam punya media cetak dan radio meski pembacanya tidak sebanyak media yang dimiliki oleh kelompok non Muslim dan sekuler. Di dunia boleh dikata media massa dikuasai oleh Non Muslim. Padahal media massa sangat penting untuk menyampaikan berita. Mukjizat terbesar Nabi Muhammad adalah Al Qur’an yang merupakan ”Bacaan” atau informasi. Salah satu tugas utama Nabi adalah menyampaikan berita: ”Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (Al Ahzab:47)

Melihat fakta diatas tentu kita sadar bahwa apa yang disajikan media memberikan pengaruh terhadap individu-individu yang menjadi konsumennya baik secara sadar maupun tidak. Kurangnya kesadaran ummat bahwasanya media bisa memiliki kekuatan untuk menggerakkan individu bahkan masyarakat. Contoh adalah fenomena Arab Spring yang mampu menggulingkan rezim militer diberbagai negara di Timur Tengah. Kekuatan media semakin kuat dan besar jika bisa di maksimalkan.
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu. Dalam konsep pemikiran yang praktis, Prof. Dr. H. M. Amien Rais,MA. dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah, menawarkan lima ‘Pekerjaan Rumah’ yang perlu diselesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif.
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), bil-iqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya.
Keempat, media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam.
Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah).

Selain itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag RI, Prof Djamil menambahkan bahwa dakwah merupakan satu medan perjuangan yang menarik karena dakwah telah mengalami pergesean, dakwah tidak lagi dilaksanakan secara kolosal (seperti dilapangan) tetapi dakwah juga harus dilakukan melalui media elektronik, seperti website, jaringan sosial dll. Oleh sebab itu semuanya harus dimenejemen kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan ditangani oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, kompeten, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Dakwah Islam masa depan adalah dakwah yang mampu beradaptasi, bertoleransi, dan harmonisasi dengan lingkungannya. Sehingga dakwah Islam dapat menjadi pencerahan pemikiran, solusi atas problem kehidupan, dan membawa kesejahteraan dan kenyamanan hidup. Inilah Islam yang damai, agama dunia dan rahmatanlil’alamin.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
kondisi media khususnya media dakwah di indonesia saat ini sudah berkembang dengan pesat, jika dibandingkan dengan kondisi media pada saat sebelum era reformasi. Kebebasan yang muncul dalam menyalurkan informasi telah menjadi angin segar bagi masyarakat.
Tantangan Dakwah dengan kemudahan-kemudahan teknologi tersebut tidak hanya berdampak positif dalam membantu mempermudah aktivitas dakwah, tetapi juga berdampak negatif. Globalisasi memberi ruang baru bagi tindak kejahatan, seperti pencurian, perjudian, pelacuran, minum-minuman keras, hingga penggunaan obat-obatan terlarang.
Dakwah Islam masa depan adalah dakwah yang mampu beradaptasi, bertoleransi, dan harmonisasi dengan lingkungannya.
















DAFTAR PUSTAKA
Vivian, John. 2008. Teori komunikasi massa. (Jakarta: Kencana). Prenada Media Group

Tidak ada komentar:

Posting Komentar