A. Masuknya
Islam ke Spanyol (Andalusia)
Islam pertama kali masuk ke Spanyol
pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam
dikenal dengan nama Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri
subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab
menyebutnya Andalusia.
Sebelum penaklukan Spanyol, umat
Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu
provinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu
terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik
mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada
masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn
Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah
kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga
menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di
pegunungan-pegunungan. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama
kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah
memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan
Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan
dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang
menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol
terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin
satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Tharik ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan
penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa
itu dengan satu pasukan perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara
berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang
dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit
jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam
tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta
dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair
pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq ibn Ziyad lebih banyak
dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya
lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung
oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah
al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan
menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ
seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu.
Kebudayaan islam memasuki Eropa melalui beberapa jalan, antara lain melewati
Andalusia. Ini karena kaum muslimin telah menetap di negeri itu sekitar abad 8
abad lamanya. Pada masa itu kebudayaan Islam di negeri itu mencapai puncak
perkembangannya. Kebudayaan Islam di Andalusia mengalami perkembangan yang
pesat diberbagai pusatnya, misalnya Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh
Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi.
Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol,
termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah
berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99
H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan
Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang
geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh
Spanyol dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari
Italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai
umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternalnya antara lain pada masa
penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi
negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Begitu juga dengan adanya
perebutan kekuasaan di antara elite pemerintahan, adanya konflik umat beragama
yang menghancurkan kerukunan dan toleransi di antara mereka. Kondisi terburuk
terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang dikalahkan Islam.
Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya
dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas
wilayah Toledo diberhentikan begitu saja.
Hal yang menguntungkan tentara Islam
lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang
tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu orang Yahudi yang
selama ini tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan
bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun faktor internalnya yaitu
suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan
para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada
khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak,
bersatu dan penuh percaya diri. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang
terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut
kehadiran Islam disana.
B. PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL
Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung
lebih dari tujuh setengah abad, Islam memainkan peranan yang sangat besar.
Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam di Spanyol ini dapat dibagi menjadi
enam periode, dimana tiap periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika
masyarakat tersendiri.
enam periode, yaitu
1. Periode Pertama (711-755 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah
pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di
Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai
secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun
dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite
penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat
perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang
berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak
menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali
pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.
Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara.
Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal
Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang
terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab
Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama
ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu
tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu
yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh
Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang
tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat
diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir
Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan
berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol
belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode
ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138
H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah
pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak
tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah
Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol
tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia
adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas
ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus.
Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam
I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn
Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai
memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang
peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah
di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum
Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang
memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath
dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk
pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para
ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu
pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan
kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu
dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun, Gereja
Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu,
karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen
diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan
tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru,
biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi
bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi
militer.
Gangguan politik yang paling serius pada
periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada
tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping
itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya
adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di
pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar
dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
3.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari
pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja
kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini
Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah
tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa
Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa
suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat
bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah
yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena
itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang
memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nasir (912-961
M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai
puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad.
Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki
koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri
perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan
kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di
Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena
itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah
menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang
yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah
kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas
keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat
pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008
M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu.
Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan
akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri.
Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup
memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah
Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam
banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi
lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan
atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova,
Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada
periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai
itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan
kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya
orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan.
Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus
berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan
untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih
terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan,
yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun
(1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang
didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil
mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas
"undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban
berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan
orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan
berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja
muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil
untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja
yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika
Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa
dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali
dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M
penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini.
Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke
Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M,
kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah
kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak
kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak
lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara
Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan
yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan
Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali
runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat
Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar.
Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun
1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di
daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali
mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara
politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang
merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan
orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa
tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai
penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan.
Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn
Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella
untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang
sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang
mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup
merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol.
Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan
pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan
Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan
kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609
M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
C.
Kemajuan Peradaban
Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negara
yang subur. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri
dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan) al-Muwalladun (orang-orang
Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara),
al-shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi
tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara
bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih
menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir
memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia
yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di
Spanyol.
a) Filsafat
a) Filsafat
Islam di Spanyol telah
mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah
Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa
Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Tokoh utama pertama
dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang
lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr ibn
Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada
dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M.
Bagian akhir abad ke-12
M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di
gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova.
Pada abad ke 12
diterjemahkan buku Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran.
Diahir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang lebih luas
dan lebih tebal dari Al-Qanun.
b) Sains
b) Sains
Abbas ibn Fama
termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali menemukan
pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu
astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan
berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan
jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahad ibn Ibas dari Cordova adalah
ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara
perempuan al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan
wanita.
Dalam bidang sejarah dan
geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn
Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim
Mediterania dan Sicilia dan Ibn Bathuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai
Samudra Pasai dan Cina. Ibn Khaldun (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibn Khaldun dart Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan
di atas bertempat tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika.
c) Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol dikenal sebagai penganut
mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana adalah Ziyad ibn Abd
al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi
pad masa Hisyam ibn Abd al-
Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya yaitu Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya yaitu Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
Sedillot
berkata, “Mazhab Maliki itulah yang secara khusus memikat pandangan kita karena
hubungan kita dengan bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Prancis
menugaskan Dr. Peron untuk menerjemahkan buku Fiqh Al Mukhtashar karya Al
Khalik bin Ishaq bin Ya’qub (w. 1422 M).
d) Musik dan Kesenian
d) Musik dan Kesenian
Dalam
bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan
dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal
sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya
baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya
tersebar luas.
e) Bahasa dan Sastra
e) Bahasa dan Sastra
Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol.
Diantara para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara
maupun tata bahasa yaitu Ibn Sayyidih, Ibn malik pengarang Alfiyah, Ibn Huruf,
Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan
al-Gharnathi.
Kemegahan Pembangunan Fisik
Kemegahan Pembangunan Fisik
Orang-orang
memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan
untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu
dibangun dengan memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na’urah
(Spanyol Noria). Namun pembangunan fisik yang paling menonjol adalah
pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman,
taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota
al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun,
mesjid Seville dan istana al-Hamra di Granada.
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol
Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat
dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti
Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir. Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut
ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori
kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa
terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.
D.
Penyebab
Kemunduran Dan Kehancuran
1. Konflik Islam dengan Kristen
2. Tidak adanya Ideologi Pemersatu
3. Kesulitan Ekonomi
1. Konflik Islam dengan Kristen
2. Tidak adanya Ideologi Pemersatu
3. Kesulitan Ekonomi
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
5. Keterpencilan.
5. Keterpencilan.
E.
Pengaruh Peradaban Spanyol Islam Di
Eropa
Spanyol
merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik
dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban
antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di
bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama
dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik. Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir
reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah
berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali
(renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M.
Walaupun Islam akhirnya terusir
dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani
gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan
kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula
di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M,
dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.
Kesimpulan
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui
jalur Afrika Utara. Wilayah Andalusia yang sekarang disebut dengan Spanyol
diujung selatan benua Eropa, masuk kedalam kekuasaan dinasti bani Umayah
semenjak Tariq bin Ziyad, bawahan Musa bin Nushair gubernur Qairuwan,
mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Roderik Raja bangsa Gothia (92 H/ 711 M).
Spanyol diduduki umat islam pada zaman kholifah Al-Walid (705-715), salah
seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.
Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Perkembangan itu dibagi menjadi enam periode yaitu: Periode Pertama (711-755 M), Periode Kedua (755-912 M), Periode Ketiga (912-1013 M), Periode Keempat (1013-1086 M), Periode Kelima (1086-1248 M), dan Periode Keenam (1248-1492 M).
Kemajuan peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat ilmu filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, begitu juga dengan bahasa dan sastra, dan kemegahan pembangunan fisik.
Faktor-faktor pendukung kemajuan Spanyol Islam, diantaranya kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.
kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol antara lain, konflik Islam dengan Kristen,tidak adanya Ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan keterpencilan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar