BLOG DALAM MASA PERBAIKAN!!

Kamis, 28 November 2013

KLASIFIKASI MAD’U DAN PENDAPAT SERTA SIKAP DA’I TERHADAPNYA

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Klasifikasi Mad’u
Setiap manusia yang menjadi objek dakwah adalah mad’u, yaitu pihak yang diseru kejalan Allah SWT .  Klasifikasi mad’u merupakan sebuah proses pengidentifikasian kelompok manusia dalam menerima kebenaran dakwah. Secara mendasar, klasifikasi mad’u ini tidak ada hubungannya dengan memetak-metak atau mengkastakan golongan manusia dengan manusia lainnya. Lebih dari itu pengklasifikasian mad’u memiliki maksud tersendiri yakni untuk memperoleh pengetahuan tentang karakter-karakter yang khas dimiliki oleh kelompok mad’u tertentu yang tidak terdapat pada lainnya.Karena di Indonesia masyarakatny bersifat heterogen.
Objek yang diseru oleh dakwah adalah objek yang dinamis yang menuntut perlakuan yang dinamis pula. Pengklasifikasian mad’u ini juga sangat berguna untuk menentukan pilihan metode dakwah yang tepat sasaran (efektif dan efesien).

B.     Pendapat dan Sikap Da’i Terhadap Mad’u
Setiap da’i harus mengetahui bahwa dalam mengajak pada kebaikan tidak selamanya akan berhasil dan dapat diterima oleh setiap orang. Seorang da’i dalam proses dakwahnya akan berhadapan dengan mad’u yang memiliki keunikan, karakter, dan kepribadiannya masing-masing yang dipengaruhi oleh faktor psikologis ataupun sosiokultural. Karena itulah krtika dakwah disampaikan, maka reaksi mad’u terhadap pesan dakwah pun berbeda beda, ada yang menerima dengan senang hati dan mengamalkannya, ada juga yang menerima namun tidak mengamalkannya dan ada yang mengingkari dakwah secara keseluruhan.
Berikut adalah klasidikasi mad’u berdasarkan sikap mereka terhadap ajakan da’i, yaitu mukmin, kafir dan munafik. Klasifikasi ini didasarkan atas penerimaan atau penolakaan mad’u terhadap ajakan da’i.

 1.      Mukmin (orang-orang yang beriman)
Orang mukmin adalah  orang yang percaya akan eksistensi Allah, karena Iman secara bahasa adalah percaya. Iman kepada Allah bukan hanya sekedar diungkapkan di bibir, namun harus direalisasikan dalam bentuk perbuatan. Menurut Utsman Najati, dalam Al Quran Allah banyak menguraikan tingkah laku orang-orang mukmin, diantaranya:
  • ·         “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.” An Nisa 136

  • ·        “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”Al Baqarah 277

  • ·         š“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” Al Imraan 114

  •  ·  "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Al Imraan 134

  •  “ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Al Imraan 191

Dalam membimbing mad’u yang memiliki keimanan yang sudah kuat, seperti kepribadian ideal yang dikhendaki Al Quran di atas (golongan yang bersegera melaksanakan kebajikan), maka sikap seorang da’i yang paling tepat adalah terus mengajak mereka untuk terus menambah amal ibadah yang bersifat individu maupun sosial dan memberikan motivasi agar mad’u tetap istiqomah dalam keimanan dan menjalankan ajaran ajaran agama.

2.      Kafir
Kata kafir berasal dari akar kata kafara, yang berarti menutupi.
Prilaku kufur tidak selamanya datang dari orang orang ateis, musyrik atau nonmuslim lainnya, orang orang yang mengaku muslim pun bisa saja terjerumus kedalam perilaku kufur dalam pengertiannya yang tertentu. Pengertian kufur seperti yang disebutkan dalam Al Quran salah satu contohnya adalah,

  • "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".Ibrahim 7

Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang mengingkari nikmat nikmat Allah atau tidak berterimakasih atas segala yang dianugerahkan kepadanya disebut kufur nikmat. Kufur dalam bentuk seperti ini bisa saja terjadi terhadap orang orang yang beriman, karena pada hakikatnya manusia bukan seperti para nabi yang makhsum.
Orang kafir (dalam pengertian ini) diberi atribut dengan berbagai sifat utama yang menjadi corak mereka yang merupakan ungkapan dari penyakit hati, seperti yang ada di dalam surat Al Baqarah ayat 10
  • “Dalam hati mereka ada penyakit (hati), lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”

Diantara sifat sifat tersebut adalah:
1.      Tidak beriman kepada akidah tauhid, para rasul, hari kemudian, hari kebangkitan.
2.      Menyembah selain Allah SWT.
3.      Memusuhi orang beriman, zalim, suka mengajak pada kemunkaran.
4.      Memutuskan tali silaturahmi.
5.      Ingkar janji, sombong, mengikuti hawa nafsu.
6.      Benci dan dengki pada orang orang yang beriman
7.      Hati yang tertutup, taklid buta terhadap kepercayaan yang dibawa nenek moyang.

Dalam menghadapi golongan ini, seorang da’i dituntut memiliki sikap sabar dan tidak putus asa untuk menyeru mereka. Metode yang dapat dipakai oleh para da’i adalah dengan mengadakan dialog antar-umat beragama, mencari persamaan atau titik temu dalam ajaran ajaran yang bersidat universal, sehingga mereka dapat memandang islam sebagai agama yang membawa berkah bagi seluruh makhluk (rahmatan li al-Alamin).

3.      Munafik
Nifaq adalah salah satu penyakit rohani dan orang yang memiliki sifat tersebut disebut munafik. Dengan demikian, munafik ialah orang yang berpuran pura (lain di mulut lain di hati). Sifat sifat yang menjadi ciri khas mereka dikemukakan dalam Al Quran sebagai berikut:
  • ·         “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” QS al munafiqun ayat 1

  • ·         “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” QS An nissa

Berbagai sifat orang orang munafik yang dikemukakan Al Quran memberikan gambaran yang jelas tentang kepribadian seorang munafik. Dan cara cara menghadapi  orang munafik adalah dengan tidak menjadikan orang munafik sebagai pelindung, penolong dan pemimpin.
Klasifikasi manusia dalam berbagai pola kepribadian tersebut merupakan upaya untuk menjelaskan tentang manusia dan menginterpretasikan tingkah laku mereka. Apabila dikatakan bahwa seseorang termasuk dalam suatu pola tertentu, maka dengan mudah pribadi orang tersebut dapat diuraikan dan tingkah lakunya dapat di interpretasikan. Keseluruhan reaksi mad’u dalam menerima seruan dakwah diatas harus dihadapi dengan sabar dan tawakal oleh para da’i. Sikap para da’i hanya berkewajiban menyampaikan apa yang telah ditetapkan Allah sedangkan reaksi mad’u bukanlah merupakan tanggung jawab da’i. Mereka mau menerima atau tidak merupakan tanggung jawab mereka sendiri dihadapan Allah SWT.



C.    Situasi dan kondisi mad’u

1.      Jenis kelamin
Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis kelamin yang berupa golongan laki-laki, perempuan dan sebagainya.

2.      Tingkat usia
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari tingkat usia yang berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

 3.      Pendidikan
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan yang berupa golongan SD (sekolah dasar), SMP (sekolah menengah pertama), SMA (sekolah menengah atas) dan sebagainya.

4.      Perekonomian
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari tingkatan perekonomian yang berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.

5.      Pekerjaan
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari pekerjaan yang berupa golongan pedagang, petani, seniman, buruh dan sebagainya.

6.      Letak geografis
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari letak geografis yang berupa golongan masyarakat pedesaan, kota besar dan kota kecil serta masyarakat daerah marginal dari kota besar.

7.      Tingkat pemahaman dan pelaksanaan terhadap ajaran Islam
Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari tingkatan pemahaman dan pelaksanaan terhadap ajaran Islam yang berupa golongan periyai, abangan dan santri. Klasifikassi ini terutama terletak dalam masyarakat jawa.

Senin, 25 November 2013

MASA DEPAN MEDIA DAKWAH



BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi sudah sangat maju pesat, kebutuhan masyarakat akan siraman rohani pun perlu dikembangkan secara continue karena sudah kita sadari bahwa masyarakat Indonesia sekarang ini sedang krisis akidah dan moral, bisa dilihat dengan tingginya angka kriminal, asusila dan lainnya. Disinilah kesempatan bagi para da’i atau mubaligh untuk memperlihatkan kreatifitasnya, bahwa dakwah bukan hanya diatas mimbar saja tapi sudah bisa menggunakan teknologi, termasuk dakwah dengan media, baik itu media massa ataupun media elektronik lainnya.

Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kondisi media dakwah saat ini?
2.      Bagaimana media dakwah yang akan datang?

 



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kondisi Media Dakwah Saat ini
Inti dari fungsi media sebagai penyampaian pesan informasi adalah berita (news). Media massa telah merasuk ke dalam kehiduan modern dan juga media massa sangat berpengaruh, bisa direnungkan:
·         Melalui media kita mengetahui hampir segala sesuatu yang kita tahu tentang dunia luar.
·         Warga yang berpengetahuan dan aktif sangat mungkin terwujud di dalam demokrasi modern hanya jika media berjalan dengan baik.
·         Orang membutuhkan media untuk mengekspresikan ide ide mereka kepada khalayak luas.
·         Negara negara kuat menggunakan media untuk menyebarkan ideologinya dan untuk tujuan komersial.

Saat ini dengan berbagai macam media yang sudah ada, itu sudah menggambarkan bahwa perkembangan atau kondisi media khususnya media dakwah di indonesia saat ini sudah berkembang dengan pesat, jika dibandingkan dengan kondisi media pada saat sebelum era reformasi. Kebebasan yang muncul dalam menyalurkan informasi telah menjadi angin segar bagi masyarakat. Terlebih lagi setelah selama belasan tahun media Indonesia dikontrol oleh pemerintah yang otoriter pasca zaman orde baru.
Sekarang sudah bisa banyak ditemukan dan didapat media-media cetak dakwah seperti majalah al kisah, hidayah, sabili dan lain lainnya, dan sedangkan di media elektronik sudah banyak juga dan mudah untuk menemukan artikel-artikel islam atau dakwah di internet serta di televisipun sudah banyak acara atau tayangan yang mengandung unsur unsur islam seperti acara Islam Itu Indah, Damai Bersama Al Quran dan lainnya.
Dengan perkembangan teknologi sekarang ini seharusnya bisa menjadi ladang untuk para da’i, dan ummat islam lainnya untuk berdakwah dan membangun negara ini menjadi lebih islami bukan hanya sekedar islam, dengan cara memanfaatkan teknologi informasi dengan baik dan benar untuk berdakwah.
Namun sadarkah kita bahwa saat ini di media media islami yang sudah ada sekarang ini kalah di banding dengan media media umum lainnya secara rating, sebagai contoh di media elektronik seperti televisi dan radio acara acara hiburan semakin mendominasi daripada acara acara islam. Di media cetak berita berita tentang para artis, fashion, olahraga juga lebih banyak paling diminati oleh para masyarakat dari berbagai kalangan. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya rating acara televisi yang menumpas isu-isu negatif seperti isu kriminalitas. Pada tahun 2004, Media Indonesia mengungkap bagaimana segmen berita criminal sensasional semakin berkembang akibat tingginya rating yang didapatkan. Media yang meliput berita positif seperti acara acara yang islami dan kisah sukses anak bangsa ada, namun jam tayangnya terbatas dan memang tidak sebanyak acara acara yang lainnya.
Tantangan dakwah dengan kemudahan-kemudahan teknologi tersebut tidak hanya berdampak positif dalam membantu mempermudah aktivitas dakwah, tetapi juga berdampak negatif. Globalisasi yang ada telah memberi ruang baru bagi tindak kejahatan, seperti pencurian, perjudian, pelacuran, minum-minuman keras, hingga penggunaan obat-obatan terlarang. Ketika sebagian orang terkena “virus” konsumerisme dan hedonisme, sikap hidup berikutnya adalah permifisme. Orang cenderung bersikap serba boleh selama menurut pandangannya tidak merugikan pihak lain. Perilaku dan tindakan manusia tidak lagi mengacu kepada norma baik dan buruk, layak atau tidak, sopan atau norak, menurut norma moral dan etika Islam, tetapi yang menjadi ukuran adalah happy atau tidak.
Karena perlu diketahui bahwa media saat ini cenderung dimanfaatkan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Selama ini ledakan informasi dan kemajuan teknologi bebas keluar masuk tanpa adanya filter. Perusahaan media cetak ataupun elektronik yang di miliki oleh sebagian besar orang non muslim lebih mencari pada hasil komersialnya. 

B.     Masa Depan Media Dakwah
Media dapat digunakan untuk membangun bangsa, atau sebaliknya. Generasi mudalah yang seharusnya menentukan bagaimana arahnya nanti. Selama ini ledakan informasi dan kemajuan teknologi bebas keluar masuk tanpa adanya filter.
Jika di lihat, dunia muslim tidak kekurangan menyangkut materi atau sumber daya alam. Lantas apa yang salah dengan orang-orang Islam yang tertinggal ini? jawabnya adalah rendahnya komitmen atau prinsip idealisme ke Islaman masyarakat dalam mengaktualisasikan Islam dalam kehidupan mereka. Sementara dunia mulai melangkah pada persatuan dan kerja sama, umat Islam masih terus menerus menderita penyakit lama seperti  kesukuan dan nasionalisme. Selain itu banyak media dakwah Indonesia kurang perencanaan yang matang serta SDM yang kurang berkualitas, sehingga harus gulung tikar karena kekurangan dana dan sebagainya.
Syekh Amir Syakib Arsalan menulis satu buku yang mengungkap hal ini dengan judul ”Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selainnya Maju?”
Sebab Pertama, karena ummat Islam sudah jarang untuk tidak mempraktikkan ajaran Islam yang termuat dalam Al Qur’an dan Hadits. Nabi SAW bersabda: “Aku tinggalkan bagimu dua perkara, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul(hadits)”. Contoh, Nabi berkata bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim lelaki dan perempuan. Namun kenyataannya banyak ummat Islam yang malas menuntut ilmu. Bahkan ada yang beranggapan wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Akibatnya ummat Islam jadi kalah dengan ummat non Islam.
Sebab Kedua, adalah ummat Islam tidak bersatu, tapi terpecah-belah. Padahal ummat Islam diperintahkan untuk bersatu. QS. Ali Imran ayat 103. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, ...”
Zaman sekarangpun sperti itu, ummat islam sudah banyak terpecah belah lebih menggolongkan kelompoknya (fanatisme) daripada bersatu untuk agama Islam. 
Sebab Ketiga, ummat Islam terlalu cinta dunia dan takut mati. Banyak sekarang orang yang cinta pada dunia, bisa dilihat bahwa Indonesia merupakan negara konsumerisme, lebih memilih memeriahkan malam tahun baru Masehi daripada Hijriah dan lain lain. Akan tetapi kebanyakan juga manusia yang takut akan datangnya kematian.
Sebab Keempat, hilangnya semangat Jihad. Jihad adalah satu kesungguhan untuk berjuang di jalan Allah. Ada hadits dhoif yang berusaha memperkecil makna Jihad sebagai hanya perang melawan hawa nafsu dan bukan berperang.”.... Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) ...” [An Nisaa’:95]
Akan tetapi sekarang ummat Islam justru banyak yang korupsi, maksiat, malas malasan dalam menuntut ilmu, padahal jika dilihat sejarah bahwa bagaimana dulu pahlawan bangsa ini menghantarkan nyawa mereka di medan perang demi kemerdekaan bangsa ini.
Sebab Kelima, karena tidak mandiri di bidang ekonomi. Saat ini secara ekonomi ummat Islam dikuasai oleh orang-orang kafir. Ummat Islam bukan sebagai produsen atau penghasil. Tapi hanya sebagai pembeli/pemakai.
Sebab Keenam, ummat Islam tidak bisa menentukan prioritas (Tertib/urutan kepentingan) bersama yang harus dikerjakan. Banyak ummat Islam mengerjakan hal-hal yang tidak penting dan tidak perlu ketimbang hal yang sangat penting dan mendesak
Sebab Ketujuh, ummat Islam gagal menemukan hal yang bermanfaat. Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi) ”Gemarlah kepada hal-hal yang berguna bagimu” (Muslim)
Negara Barat maju karena SDM berkualitas dan banyak menemukan serta membuat hal yang berguna baik untuk orang lain maupun diri mereka sendiri. Seperti membuat motor, handphone, dan lainnya, berbeda dengan negara Indonesia.
Sebab kedelapan, ummat Islam tidak menguasai media massa. Akibatnya ketika Islam dicitrakan sebagai teroris dan hukum Islam dilecehkan, ummat Islam tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan tidak jarang ummat Islam diadu-domba dengan berbagai pemberitaan di media massa. Memang ummat Islam punya media cetak dan radio meski pembacanya tidak sebanyak media yang dimiliki oleh kelompok non Muslim dan sekuler. Di dunia boleh dikata media massa dikuasai oleh Non Muslim. Padahal media massa sangat penting untuk menyampaikan berita. Mukjizat terbesar Nabi Muhammad adalah Al Qur’an yang merupakan ”Bacaan” atau informasi. Salah satu tugas utama Nabi adalah menyampaikan berita: ”Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (Al Ahzab:47)

Melihat fakta diatas tentu kita sadar bahwa apa yang disajikan media memberikan pengaruh terhadap individu-individu yang menjadi konsumennya baik secara sadar maupun tidak. Kurangnya kesadaran ummat bahwasanya media bisa memiliki kekuatan untuk menggerakkan individu bahkan masyarakat. Contoh adalah fenomena Arab Spring yang mampu menggulingkan rezim militer diberbagai negara di Timur Tengah. Kekuatan media semakin kuat dan besar jika bisa di maksimalkan.
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu. Dalam konsep pemikiran yang praktis, Prof. Dr. H. M. Amien Rais,MA. dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah, menawarkan lima ‘Pekerjaan Rumah’ yang perlu diselesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif.
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), bil-iqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya.
Keempat, media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam.
Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah).

Selain itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag RI, Prof Djamil menambahkan bahwa dakwah merupakan satu medan perjuangan yang menarik karena dakwah telah mengalami pergesean, dakwah tidak lagi dilaksanakan secara kolosal (seperti dilapangan) tetapi dakwah juga harus dilakukan melalui media elektronik, seperti website, jaringan sosial dll. Oleh sebab itu semuanya harus dimenejemen kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan ditangani oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, kompeten, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Dakwah Islam masa depan adalah dakwah yang mampu beradaptasi, bertoleransi, dan harmonisasi dengan lingkungannya. Sehingga dakwah Islam dapat menjadi pencerahan pemikiran, solusi atas problem kehidupan, dan membawa kesejahteraan dan kenyamanan hidup. Inilah Islam yang damai, agama dunia dan rahmatanlil’alamin.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
kondisi media khususnya media dakwah di indonesia saat ini sudah berkembang dengan pesat, jika dibandingkan dengan kondisi media pada saat sebelum era reformasi. Kebebasan yang muncul dalam menyalurkan informasi telah menjadi angin segar bagi masyarakat.
Tantangan Dakwah dengan kemudahan-kemudahan teknologi tersebut tidak hanya berdampak positif dalam membantu mempermudah aktivitas dakwah, tetapi juga berdampak negatif. Globalisasi memberi ruang baru bagi tindak kejahatan, seperti pencurian, perjudian, pelacuran, minum-minuman keras, hingga penggunaan obat-obatan terlarang.
Dakwah Islam masa depan adalah dakwah yang mampu beradaptasi, bertoleransi, dan harmonisasi dengan lingkungannya.
















DAFTAR PUSTAKA
Vivian, John. 2008. Teori komunikasi massa. (Jakarta: Kencana). Prenada Media Group

Kamis, 21 November 2013

Bersiap Menjadi Pemimpin



REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Ustaz Arifin Ilham

Beruntung orang yang beriman. Tapi, jika hanya iman jelas tidaklah cukup. Karena itu, cukupkanlah dengan amal saleh. Tapi sayang, pesan Alquran dalam surah al-'Ashr, iman dan amal saleh masih dianggap belum cukup; kecuali diiringi dengan upaya saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran.
Pesan moral Alquran dalam surah ke-103 ini melandasi atas pentingnya nilai-nilai yang disebut di atas. Bahkan atas dasar itu, Allah SWT harus turut bersumpah dengan atas nama makhluk-Nya yang bernama 'waktu' (al-'Ashr). Ada hasrat Allah yang tersurat, yaitu ingin semua manusia berada dalam keberuntungan hidup bukan justru berkubang dalam sumur kerugiaan.

Nah, untuk menyebut supaya kita tidak didera kerugiaan (lafii khusrin), upaya memupuk keimanan dan amal saleh harus juga disertai dengan usaha saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran. Mengapa harus iman? Karena, ia adalah fondasi; hal yang fundamental dalam membangun sikap keberagamaan manusia.

Iman yang menyebabkan rasa aman, damai, dan tenang dalam menapak di planet kehidupan. Iman pula yang menghadirkan rasa tanggung jawab (amanah) dalam hidup. Karena iman, ia akan dipercaya (amin) dan dalam setiap rangkaian harap dan doa akan sangat didengar (amin). Ada keselamatan dan bimbingan keberuntungan hidup dengan kita beriman.

Surah an-Nisa, ayat 138 menyebutkan, “Barang siapa yang tidak beriman (kufur) kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, para rasul, dan Hari Akhir maka ia tersesat dengan kesesatan yang jauh.” Lalu, mengapa kita harus beramal saleh dan saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran? Karena, di hampir semua ayat dalam Alquran kata iman selalu digandeng dengan kata amal saleh.

Kalau iman banyak berhubungan dengan garis vertikal, amal saleh dan kebajikan lain lebih sering berkaitan dengan sesuatu yang horizontal. Kedua konsep ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu dari keduanya tiada maka kesempurnaan dari salah satunya akan berkurang.

Hal ini terlihat dari sabda Nabi SAW, “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman.” (HR Ath-Thabrani). Seperti dalam firman-Nya, “Dan, orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 82).

Hal luar biasa adalah yang disebut dalam surah an-Nuur, bahwa Allah menjanjikan satu keadaan yang istimewa saat nilai keimanan dan amal saleh telah dihidupkan. Apalagi, sampai upaya luhur saling memberi nasihat kepada kebaikan dan kesabaran terus diciptakan. Pendeklarasian Allah, yaitu, “Bersiaplah untuk menjadi pemimpin di muka bumi!”

“Dan, Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan  yang beramal saleh, bahwa sungguh mereka akan 'memimpin' di muka bumi, sebagaimana orang-orang yang terdahulu sebelum mereka telah memimpin, dan sungguh Allah akan meneguhkan kedudukan agama mereka yang telah diridai oleh Allah untuk mereka. Juga akan diubah keadaan mereka oleh Allah sesudah mereka merasa ketakutan menjadi aman sentosa ...” (QS an-Nuur : 55).
Subhanallah, langkah strategis saat 'syahwat' memimpin sedang menggelayuti kita. Tidak harus berburu apalagi saling sikut. Kita hanya cukup bersiap dengan upaya menanamkan iman, amal saleh, dan terus berupaya saling menasihati kepada kebaikan dan kesabaran.